Ekosistem hutan yang menopang sebagian besar keanekaragaman hayati daratan mengalami tekanan antropogenik yang semakin meningkat. Perlindungan hutan alam yang tersisa dan mitigasi dampak negatif silvikultur merupakan perhatian utama konservasi. Daerah tebang habis merupakan habitat terbuka utama di hutan produksi, yang berpotensi menawarkan perlindungan sementara bagi spesies dari padang rumput semi-alami yang menurun. Meskipun beberapa kelompok serangga pemakan bunga, termasuk kupu-kupu, telah dilaporkan tumbuh subur di daerah tebang habis, pemahaman taksonomi yang komprehensif tentang fauna serangga yang memanfaatkan habitat ini masih kurang.
Dalam penelitian ini, kami meneliti kumpulan ngengat makro nokturnal (Lepidoptera: Marcoheterocera) di hutan tebang habis dengan usia yang bervariasi (2–6 tahun) dan pola regenerasi (alami vs. buatan) di Eropa utara. Dengan menggunakan perangkap umpan gula otomatis, kami mengambil sampel dari 50 hutan tebang habis dan tiga pasang lokasi referensi hutan-padang rumput selama dua musim panas.
Ngengat nokturnal di lahan tebang habis sangat beragam, menampung 50% dari kumpulan spesies noktuida regional. Namun, beberapa spesies yang umum terkait padang rumput, serta beberapa spesies hutan, hampir tidak ada. Meskipun kesamaan antara kumpulan lahan tebang habis dan hutan meningkat seiring bertambahnya usia lahan tebang habis, karakteristik lahan tebang habis yang tercatat memiliki sedikit pengaruh keseluruhan pada kumpulan ngengat. Lahan tebang habis yang diregenerasi secara artifisial, yang dicirikan oleh struktur vegetasi yang lebih terbuka, mendukung kekayaan dan keanekaragaman spesies ngengat yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang beregenerasi secara alami.
Implikasi kebijakan . Hasil kami menyoroti peran penebangan habis-habisan hutan dalam mendukung keanekaragaman hayati serangga. Dengan demikian, penebangan habis-habisan memerlukan pertimbangan khusus sebagai tipe habitat yang berbeda. Namun, dampak metode regenerasi dan pemeliharaan penebangan habis-habisan pada kumpulan ngengat tampak lebih lemah daripada pada berbagai kelompok serangga lainnya. Yang lebih penting, tidak adanya beberapa spesies padang rumput umum menyoroti bahwa penebangan habis-habisan tidak dapat sepenuhnya menggantikan habitat terbuka tradisional. Hal ini menggarisbawahi pentingnya melestarikan padang rumput semi-alami.