Abstrak
LATAR BELAKANG
Serai dihargai terutama karena minyak atsirinya, yang kaya akan monoterpena seperti sitral dan geranil asetat – senyawa yang dikenal karena sifat antiradang dan antimikrobanya. Studi lapangan ini mengevaluasi karakteristik morfologi dan fitokimia dari sepuluh kultivar serai (‘CKP-25’, ‘JOR-LAB-2’, ‘RRL-16’, ‘OD-19’, ‘Pragati’, ‘Krishna’, ‘Citratus’, ‘CF-Kavery’, ‘Kalam’, dan ‘Pathankot’) dalam kondisi Himalaya Barat, dengan penilaian yang dilakukan pada 45, 60, 75, dan 90 hari setelah penanaman.
HASIL
Hasil minyak atsiri (EO) tertinggi tercatat pada kultivar ‘CKP-25’ (369,75 ± 4,89 kg ha −1 ) dan ‘Krishna’ (369,35 ± 4,66 kg ha −1 ). Kandungan EO berkisar antara 0,12% hingga 1,92%, dengan yang terendah pada ‘RRL-16’ (0,12 ± 0,02%) dan tertinggi pada ‘Citratus’ (1,92 ± 0,12%). Kandungan citral mencapai puncaknya pada panen 75 hari pada kultivar ‘Krishna’ (94,78 ± 4,08%) dan ‘RRL-16’ (94,63 ± 4,51%).
KESIMPULAN
Kultivar yang diuji menunjukkan kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan Himalaya Barat. Berdasarkan hasil dan kualitas EO, kultivar ‘CKP-25’, ‘Krishna’, dan ‘RRL-16’ diidentifikasi sebagai yang paling menjanjikan. Pada sebagian besar kultivar, kandungan EO dan kadar sitral yang lebih tinggi diamati pada panen hari ke-75. Dalam penelitian selanjutnya, penilaian gabungan sifat agronomi dan profil EO dapat berfungsi sebagai pendekatan yang efektif untuk penyaringan kultivar. © 2025 Society of Chemical Industry.